03/10/2008

Perjalanan Spiritual

Terkadang hidup terasa lempang, lapang dan mulus kita menjalani, tapi sering kali satu atau dua masalah membuat masa depan kita terasa buntu.

Dulu pernah terasa sekali pertolongan tuhan selalu datang, hidup terasa bahkan terlalu nyaman. Hal-hal menguntungkan secara aneh selalu datang, memang tidak persis seperti keinginan. Karena kita juga tidak tahu apakah hal yang kita inginkan tersebut sebenarnya yang terbaik bagi kita. Keberuntungan demi keberuntungan datang silih berganti.

Sebegaimana imajinasi seorang remaja, saya merasa atau setidaknya menganggap bahwa saya terlahir untuk suatu yang besar (extraordinary) saya merasa spesial. Ada beberapa pengalaman spiritual semasa kecil bahkan hingga saat ini tidak pernah terungkap. Fakta yang aneh.

Anehnya lagi, mungkin sifat pembosan saya, saya merasa bosan hidup terlalu mulus lalu secara sadar sepenuhnya mencoba menyeleweng “sedikit”. Terukur dan terencana.

Inilah yang menjadi pelajaran hidup sesungguhnya, keberuntungan aneh yang otomatis selalu menaungi terasa mulai memudar. Fenomena ini benar-benar saya rasakan dan terekam dalam memori. Puncaknya seperti kesialan yang datang bertubi-tubi, keberuntungan sepertinya sukar diraih. Hal-hal yang saya usahakan seringkali gagal. Bahkan ketika memutuskan untuk kembali dari “penyelewengan”. Rupanya ada yang berubah dalam cara berpikir saya, beberapa racun rupanya sangat mematikan bagi saraf otak. Kini sangat sukar bagi saya untuk mensugesti jiwa untuk tak lupa selalu bersyukur apapun yang menimpa kita, seperti ada selaput kelam yang menyelimuti hati. Seberapapun usaha saya untuk khusuk beribadah, semua seperti berputar-putar saja di otak tidak pernah masuk ke hati.

Sekembalinya dari “penyelewengan”, ternyata tidak serta merta keberuntungan kembali, rupanya tidak secara demikian kasih sayang Tuhan berjalan.

Tidak ada hal yang otomatis : inilah yang saya pelajari! Semua rupanya perlu usaha, kita dinilai bukan hanya dari niat ataupun hasil perbuatan kita akan tetapi terlebih terutama seberapa keras usaha kita.

Hingga kini ada satu hal yang sepertinya sukar diraih dan seperti selalu menerpa batu karang. Tetapi justru hal tersebutlah yang membuat saya meyakini bahwa sesuatu yang “besar” memang ditakdirkan buat saya.

No comments:

"Agar menjadi 'orang' kita harus melihat ke atas, untuk tetap menjadi 'manusia' kita harus mau melihat ke bawah"