26/10/2008

Tagih para petani?


Hari minggu ini benar-benar menyebalkan, setelah semalam begadang nonton bola, eh paginya kami disuruh harus lembur oleh bos. Tepat mulai pukul 9. Ini gila!
Hari minggu bagi saya biasanya adalah hari untuk diri sendiri, bermalas-malasan atau kalau pas rajin hari untuk bersih-bersih rumah.
Perlu diketahui saya bekerja mencari uang di sebuah perusahaan pembiayaan.
Dampak krisis moneter yang melanda dunia juga berdampak pada perusahaan kami, konsumen perusahaan sebagian besar rata-rata adalah para petani karet dan petani kelapa sawit. Rupanya karena permintaan dunia menurun maka kedua komoditas ekspor tersebut harganyapun jatuh di pasaran.
Konon kini para petani tersebut hampir tidak mempunyai pendapatan sama sekali karena hasil yang mereka peroleh impas dengan biaya produksi. Kini mereka terancam kemiskinan, setelah beberapa tahun sempat merasakan nikmatnya hasil panen yang berharga jual tinggi. Tapi tentu ini bukan berita besar karena toh para petani sudah terbiasa dengan kemiskinan.
Yang ironosnya justru kami dari pembiayaan kini harus tega menagih utang pada para petani miskin tersebut, atau kalau tidak perusahaan kami juga gulung tikar.
Jadilah kini seolah-olah hukum rimba, dimana karena kekurangan makanan maka binatang yang kuat mau tidak mau harus memangsa yang lebih lemah, atau kalau tidak maka dia sendiri akan mati dan dimakan burung bangkai.
Mungkin demikian juga di dalam politik dan ekonomi internasional, kita bangsa yang lemah menjadi santapan yang empuk bagi negara-negara kuat.
nevermind
Yang jelas gara-gara banyak kredit yang macet, jam kerja jadi tidak teratur dan kami semua kena imbasnya.

No comments:

"Agar menjadi 'orang' kita harus melihat ke atas, untuk tetap menjadi 'manusia' kita harus mau melihat ke bawah"